Minggu, 01 Februari 2015

Jalur Kereta

Ada sekelompok besar anak kecil yang sedang bermain di dekat 2 jalur kereta. Sebagian besar bermain dijalur yang pertama, yang adalah merupakan jalur aktif yang sering dilewati KA, sementara itu hanya ada seorang anak kecil yang sedang dengan asyiknya bermain main di jalur kedua yang sudah tidak aktif, yang tidak pernah lagi difungsikan untuk dilewati KA.  Lalu tiba-tiba, dari kejauhan  terlihat ada kereta api yang mendekat dengan kecepatan tinggi.. dan ternyata kesemua anak itu masih saja bermain belum menyadari ada kereta api yang mendekat...

Nah, Kebetulan Anda adalah seorang petugas yang berada di depan panel persimpangan yang mengatur arah KA. Pertanyaannya, Apakah yang akan anda lakukan? Apakah anda akan memindahkan arah KA ke jalur yang sudah tidak aktif dan menyelamatkan sebagian besar anak kecil yang sedang bermain dijalur aktif? dan mengorbankan seorang anak yang sedang bermain di jalur KA yang tidak aktif?

Gagasan umum.

Sebagian besar orang tentu akan memilih untuk memindahkan arah kereta ke jalur tidak aktif untuk meminimalkan korban jiwa. Dalam hal ini mungkin anda juga akan memiliki pilihan yang sama. Dengan sebuah keputusan yang rasional dan bisa jadi akan diamini secara moral maupun emosional bahwa menyelamatkan sebagian besar anak itu jauh lebih penting daripada kehilangan nyawa seorang anak.

Namun kita harus menyadari, bahwa anak yang memilih untuk bermain di jalur KA yang sudah tidak aktif, berada di pihak yang benar, karena telah memilih untuk bermain di tempat yang aman. dan kenapa dia yang harus dikorbankan justru karena kecerobohan teman-temannya yang bermain di tempat berbahaya?

Dilema semacam ini banyak sekali terjadi di sekitar kita. di kantor, di
masyarakat, di dunia politik dan lain sebagainya, dimana pihak minoritaslah yang dipaksa harus dikorbankan demi kepentingan mayoritas. Tidak peduli betapa bodoh dan cerobohnya pihak mayoritas. cerita dalam artikel inipun bisa jadi tak jauh berbeda, dimana nyawa seorang anak yang memilih untuk tidak bermain bersama teman-temannya di jalur KA yang berbahaya akan dikesampingkan.

Mari membaca pendapat yang satu ini..

Ada sebuah pendapat, bahwa dia tidak akan mengubah jalur arah laju kereta, dan membiarkan kereta melaju apa adanya, dengan alasan sebagai berikut :
1.   Anak-anak yang bermain di jalur KA yang masih aktif tentu sangat sadar bahwa jalur tersebut masih aktif dilalui kereta. Bahkan mungkin telah menjadi kebiasaan dan mereka hafal betul kapan kereta akan lewat, yang tentu saja mereka akan segera lari ketika mendengar suara sirene peringaan dari kereta yang mendekat.
2.   Dan bila arah laju kereta diubah ke jalur yang tidak aktif maka seorang anak yang sedang bermain di jalur tersebut kemungkinan besar akan celaka karena dia tidak pernah berpikir bahwa kereta akan menuju jalur tersebut. Disamping itu, alasan sebuah jalur KA dinonaktifkan tentu karena jalur tersebut sudah tidak aman.
3.   Jalur itu tidak difungsikan tentu ada alasannya, bisa jadi jalur itu memang sudah tidak layak dan akan membahayakan kereta bila dilewati, Bila arah laju kereta diubah ke jalur yang tidak aktif maka tidak hanya seorang anak kecil itu saja yang celaka, bahkan itu akan bisa membahayakan nyawa seluruh penumpang yang ada di dalamnya.

Sadar atau tidak, HIDUP memang terkadang penuh dengan keputusan sulit yang harus dibuat. Dan mungkin kita tidak akan menyadari bahwa sebuah keputusan yang cepat tidak selalu menjadi keputusan yang benar. " sesuatu yang benar tidak selalu populer dan sesuatu yang populer tidaklah selalu benar". Berpikir selangkah lebih jauh, bisa jadi akan menjadi keputusan yang bijaksana.

3 komentar:

khoirul ilmawan mengatakan...

Assalamu 'alaikum
Mohonn ijin untuk menayangkan ulang artikel ini.

kata kita mengatakan...

oke, silahkan.. terima kasih atas kunjungannya..

Anonim mengatakan...

Ijin Copass bro